18 September 2010

Yang Tersembunyi di Sisi Timur Merbabu

Kamis 28 Januari 2010
Salatiga sore ini tak memancarkan sedikit senyuman, hari-hari diisi oleh "prengutan" sang awan hitam. Suasana itu tak membuat "cah suloyo" berhenti menikmati keindahan alam. Menurut informasi teman saya Steph, ada sebuah air terjun kecil di daerah Ngagrong, Pantaran, Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali yang cukup menarik untuk dikunjungi. Sore itu juga saya, ook, dan steph langsung meluncur. Karena hari sudah gelap terpaksa kami menunda perjalanan ke air terjun itu. Saat itu kami memilih untuk "camp" di rumah Steph di daerah Pantaran, karena jarak ke desa Ngagrong yang tidak terlalu jauh. Malam yang dingin itu kami isi dengan bakar-bakar jagung manis yang diambil dari kebun pribadi sodara Steph. Hawa malam hari di desa berketinggian 1100 MDPL cukup menusuk tulang. Tak lama setelah menyantap habis jagung bakar, kamipun berdendang dengan lagu-lagu cinta Bang Iwan Fals ditemani dengan hangatnya teh, dilanjutkan dengan acara pertandingan Pro Evolution Soccer (PES PS2). Syahdu benar malam itu. Pukul 23.00 mata sudah tak mampu lagi "melek", akhirnya kami memutuskan untuk tidur, karena esok kami akan melakukan perjalanan cukup panjang.

Jumat 29 Januari 2010
Pagi-pagi sekali kami bangun, 3 piring nasi goreng sudah siap di atas meja makan. Dengan tanpa kompromi kami melahap santapan lezat itu. Acara selanjutnya adalah "Pamitan". Hehehe setelah kenyang dengan sarapan, langsung deh pamitan dengan Empunya rumah, tak lupa mengucapkan terimakasih untuk tumpangan tidur dan sarapan lezatnya. Perjalanan kami lanjutkan menuju desa terakhir Ngagrong Candisari dengan ditambah 1 peserta yaitu "Momo" adik kandung steph. 2 Motor kami meraung-raung melintasi jalan berbatu menuju Ngagrong. Sesampai di desa ini kami menitipkan motor kami di SD Negeri Ngagrong. Perjalanan kami lanjutkan menuju Makan Syeh Maulana Ibrahim yang merupakan titik awal perjalanan menuju air terjun.
Dari belakang makam ini, kami berjalan menyusuri sungai kering yang mempunyai lebar sekitar 20 meter. Di sisi kiri dan kanan sungai ini merupakan tebing yang sangat terjal, berketinggian sekitar 70 meter. Dan banyak sekali batu besar berserakan mengisi sungai ini. Kami berjalan menuju arah datangnya air dengan ekstra hati-hati, karena track batu yang cukup licin. Makin lama track semakin menanjak saja. Sekitar 60 menit berjalan terdengar deras suara air, menandakan jarak air terjun yang semakin dekat. Tak lama kemudian sampai kami di Air Terjun Tempuran.
Tak banyak orang mengenal Air Terjun ini, terbukti setelah kami bertanya pada beberapa orang di daerah pantaran yang belum pernah mengujungi air terjun ini. Mungkin jaraknya yang cukup jauh dengan medan yang lumayan susah membuat mereka tidak mengunjungi tempat eksotis ini. Air terjun ini tak terlalu tinggi, hanya sekitar 15an meter saja dan letaknyapun tersembunyi di antara pertemuan 2 bukit di lereng timur Gunung Merbabu. Menurut Momo yang pernah mengunjungi air terjun ini pada Agustus 2009, luas gerojokan pada Agustus tahun lalu lebih luas, tetapi sekarang menyempit karena longsoran tebing sisi kanan air terjun ini. Karena letaknya di pertemuan dua bukit membuat air terjun ini diberi nama Tempuran (Pertemuan). Di pelataran air terjun ini terdapat beberapa tempat syahdu untuk perencanaan camping berikutnya. Sekitar 4 tenda dome bisa berdiri di pelataran air terjun ini. Jepret jepret narbis langsung kambuh setelah melihat pemandangan seeksotis ini. Gemercik suara air membuat benar-benar kami merasa fresh kembali setelah 4 hari beraktifitas. Sayang sekali sang awan hitam sudah menampakkan dirinya, memaksa kami untuk bergegas dari tempat indah ini. Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan pulang ke desan Ngagrong. Untuk jalan pulang kami memilih mencari jalan alternatif dengan menaiki sisi kanan sungai yang tidak terlalu terjal. Dengan harapan bisa melihar sisi eksotisnya bebatuan sungai dari atas tebing. Tak disangka-sangka, jalan alternatif yang kami pilih lebih ngeri karena sebelah kiri kami adalah jurang terjal, tak lama kami keluar dari kengerian itu, sampailah kami di "Goa Lelo". Sebuah Goa yang dikeramatkan oleh warga sekitar dan sering digunakan untuk bertapa. 30 Menit dari desa ini sampai kami di SD Negri Ngangrong, dimana kami menitipkan kedua motor kami.

== Mbah Jamprok ==

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi komentar Anda!!!