18 September 2010

Menyusuri Padang Rumput di Kawasan 3142 MDPL


Senin 18 Januari 2010
Hati cukup lega setelah semalaman panik karena hujan tak kunjung reda. Pagi ini cukup cerah untuk melakukan pendakian ke Gunung Merbabu. Setelah semua perlengkapan siap, Saya, Ook, dan Ragil "nagring" di perempatan Jetis Salatiga menunggu bus ke arah Selo, Boyolali. Singkat Cerita sampailah kami di desa Selo dengan menunggang sekitar 3 bus yang berbeda.
Dari Moshola kecil di daerah Selo kami harus berjalan kaki sekitar 1 jam untuk sampai di basecamp Merbabu desa Genting. Sampai di basecamp, 3 piring nasi sayur kami pesan untuk mengganjal perut yang mulai keroncongan ini. Seluruh botol dan jirigen kosong kami isi penuh dengan air.
Sekitar jam 3 sore kami memulai pendakian dengan wajah langit yang sedikit muram. Tak lama berjalan, langit tak mampu menahan tangisnya. Hujan rintik-rintik menemani perjalanan kami. Cukup lama kami berjalan hingga hari semakin gelap dan hujanpun semakin deras, ragil dan ook masih tertinggal jauh di belakang. Tugasku sebagai pelayan harus mencari tempat syahdu untuk camp malam ini. Tak lama berjalan sampai kami di sekitar tikungan macan, tenda kuning segera saya buka dibalut dengan flysheet biru membuat tenda kelihatan kokoh dan nyaman. Tak lama setelah tenda berdiri ook dan ragil muncul. Segera semua barang dimasukkan ke dalam tenda. Acara selanjutnya adalah masak-masak, karena kondisi badan sudah kelelahan saya hanya memasak telur dadar dan menggoreng beberapa iris otak-otak bandeng yang ook rampok dari rumahnya. Setelah menikmati hidangan makan malam, kami menghibur diri dengan karaoke lagu-lagu cinta Bang Iwan Fals. Benar-benar malam yang shaydu. Mata ini sudah tak kuat lagi untuk "melek", saatnya mata ini terpejam karena esok hari perjalanan akan semakin berat. Gemercik suara hujan yang semakin deras menjadi pengantar tidur malam ini.

Selasa 19 Januari 2010
Pagi-pagi sekali kami segera bangun, bergegas saya menyiapkan sarapan pagi dengan menu nasi + orak-arik telur sawi pedas + otak-otak bandeng goreng. Karena masak terlalu banyak, saya menyisakan sedikit nasi dan telur untuk bekal di perjalanan. Setelah kenyang kami melanjutkan perjalanan kami menuju titik Triangulasi 3142 MDPL. Perjalanan masih panjang, kami harus melewati beberapa bukit terjal. Sempat terjadi kecelakaan kecil yang membuat kaki kanan saya "semplak". Tetapi semua itu terbayar setelah kami memandangi luasnya sabana di Merbabu selatan ini. Langit yang masih bersahabat membuat kami tak tahan untuk berfoto ria. Hahaha. Badan kami sudah mulai kelelahan, kami memutuskan untuk beristirahat dan makan siang di bawah rindangnya Edelweis. Bekal yang tadi pagi saya bungkus menjadi pengganjal perut sementara.
Cuaca sudah mulai tak bersahabat, segera kami meninggalkan tempat ini untuk melanjutkan ke titik Triangulasi, tak lupa kami berfoto sebentar di Kenteng Satu. satu Jam berjalan dari kenteng satu disertai angin yang cukup kencang dan gerimis yang mulai turun sampailah saya di Puncak Gunung Merbabu. Hujan semakin deras dengan cepat saya mencari tempat untuk berteduh sambil menunggu ragil dan ook yang masih di belakang. Tangan sudah mulai kaku diterpa hujan di ketinggian 3142 MDPL ini. Dengan sayup2 terdengar ragil memanggil namaku 3 kali, weleh...weleh..., lega rasanya satu teman sudah muncul. Satu teman yang masih tertinggal di belakang, akhirnya muncul juga dengan memakai raincoat superman-nya. Untung saja masih ada kesempatan untuk mengabadikan moment ini, hujan berhenti sebentar, segera kukeluarkan senjataku. Jepret jepret jepret, jadi deh. Ow..hujan turun lagi...makin deras...makin dingin, semakin putus asa. Hahaha... tak berfikir panjang, kami melanjutkan perjalanan turun ke jalur utara. Hujan yang semakin deras menemani perjalanan turun kami menuju Pos IV (Pemancar). Satu jam berjalan lambat, kami tiba di Pos Pemancar dengan selamat dengan kondisi basah sebasah basahnya. Segera saya kami masuk kedalam ruang kecil di bawah pemancar untuk ganti baju dan mengganjal perut. Menu kali ini adalah mendoan tempe dan teh anget. Ditengah kesibukanku memasak, masih saja ook dan ragil berfoto ria. Wah betapa malang nasibku. Hahaha.
Gagal total perencanaanku hari ini. Seharusnya kami berencana bermalam di POS 3 Jalur Cuntel (Kergo Pasar), karena pakaian kering hampir habis, kami terpaksa untuk mengurungkan niat untuk camp di Pos 3 dan mengganti rencana bermalam di basecamp pendakian Cuntel. Jam 4 sore kami berjalan turun dari Pos IV menuju basecamp manggala cuntel tak luput dari terpaan hujan. Hari sudah mulai gelap setelah kami sampai di POS 1. Tanpa senter kami nekat turun, ibaratnya biarlah mata kaki yang melihat kejamnya track turun. Semua pakaian yang kami kenakan basah parah. Jam 18.30 sampailah kami di basecamp pendakian manggala dukuh Cuntel dengan selamat. "Njedindilen" seluruh badan kami. Tak lama kemudian Bapak Yakub disusul Bapak Tono membuka pintu basecamp. Tak sabar untuk membersihkan badan, ganti baju, makan dan tidur. Lega akhirnya sampai di basecamp ini, Sebuah termos besar berisi air hangat sudah disiapkan untuk kami. Malam itu kami isi dengan obrolan-obrolan asyik bersama Bapak Yakub dan Bapak Tono. Cemilan sisa logistik dan teh anget menemani obrolan kami sampai akhirnya kami terlelap.

Rabu 20 Januari 2010
Dari basecamp kami harus berjalan 2,5 KM dengan jalan berbatu untuk sampai ke Jalan Raya. Tak lupa kami "pamit" dengan Pak Tono di Ladangnya dan Pak Yakub yang sibuk dengan panen kentang-nya. Mereka selalu memberi yang istimewa buat setiap pengunjung.

== Mbah Jamprok ==

1 komentar:

Pati Bumi Mina Tani Blogger on Sabtu, 18 September 2010 pukul 11.21.00 WIB mengatakan...

Kereennn

Posting Komentar

Silahkan isi komentar Anda!!!